AL-FATIHAH
**************************************************
Terima kasih kepada yang sudi menghadiahkan Fatihah kepada bonda. Semoga Allah swt juga memberkati saudara-i...Wassalam.
Al-Fatihah...
Merancang Kelahiran: Halal atau haram
Posted by
Sueozana
Labels:
Pedoman Hidup
Di antara matlamat pernikahan dalam persepsi Islam adalah untuk mendapatkan keturunan (littanasul) dan menghindari suami atau isteri jatuh kepada perbuatan zina. Oleh karena itu, banyak hadis menyebutkan bahwa Rasulullah saw memerintahkan umatnya untuk menikahi wanita yang penyayang dan subur (untuk memperoleh keturunan). Sebuah hadits shahih riwayat Imam Ahmad dari Anas bin Malik bermaksud:
Dari Anas bin Malik: Rasulullah saw memerintahkan kami untuk bernikah, dan melarang keras untuk tidak bernikah. Baginda kemudian bersabda:
“Nikahilah oleh kalian (perempuan) yang penyayang dan subur untuk memperoleh keturunan, karena sesungguhnya saya kelak pada hari Kiamat adalah yang paling banyak ummatnya” (HR. Ahmad).
Bahkan, bukan hanya itu, dalam sebuah hadits shahih lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Nasai, dari Ma’qal bin Yasar, bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw sambil berkata:
Bahkan, bukan hanya itu, dalam sebuah hadits shahih lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Nasai, dari Ma’qal bin Yasar, bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw sambil berkata:
“Ya Rasulullah, saya mendapatkan seorang wanita dari keturunan yang sangat baik dan sangat cantik, akan tetapi dia mandul (tidak dapat hamil), apakah saya boleh menikahinya?”
Rasulullah saw menjawab: “Nikahilah oleh kamu (perempuan) yang penyayang dan subur, karena aku kelak pada hari Kiamat yang paling banyak ummatnya”.
Tidak pula dilarang menikahi wanita yang tidak subur, tetapi sangat dianjurkan dan alangkah lebih baiknya apabila menikahi wanita-wanita subur yang dapat melahirkan dan menghasilkan keturunan. Dari hadis-hadis di atas juga, jelas di antara tujuan utama adanya pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan.
Dalam al-Qur’an, Allah juga mengecam mereka yang tidak mau memperoleh keturunan dengan alasan semata-mata kerana takut miskin atau tidak mampu. Ini bertentangan dengan janji Allah bahwa, Allah yang akan memberikan rezki kepada anak-anak tersebut.
Allah berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” (Surah Al-Isra: 31).
Dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa semua makhluk di bumi ini, Allah yang memberikan rezkinya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Surah Hud: 6).
Dari keterangan-keterangan di atas, jumhur ulama berpendapat bahwa seseorang yang tidak mau mempunyai anak semata-mata takut miskin, takut tidak dapat memberikan makan, tidak dibenarkan. Jika demikian, seseorang itu tidak meyakini kekuasaan Allah.
Dari sini, kita dapat mengkategorikan pengamalan merancang kelahiran/ merancang keluarga/ family planning (FP) ini kepada dua bahagian besar. Pertama, seandainya melakukan FP dengan alasan takut tidak dapat memberikan makan, takut miskin dan sebagainya, maka ia tidak dibenarkan, kerana ini memesong keyakinan seorang muslim kepada Allah, bahwa Allah yang akan memberikan dan menentukan rezkinya.
Selain itu, sebagian besar ulama juga melarang seseorang melakukan FP dengan cara memasang alat yang mengakibatkan si isteri tidak dapat hamil selamanya (bukan sementara waktu), tanpa ada alasan syar’i yang dibenarkan, bukan kerana alasan kesihatan si isteri atau lainnya. Untuk jenis ini, FP adalah dilarang kerana tidak sesuai dengan matlamat utama pernikahan dalam Islam, iaitu meramaikan keturunan..
Kedua, FP untuk sementara sahaja, demi kebaikan si anak atau kesihatan si ibu. Misalnya, menurut doktor, berdasarkan kesihatan si ibu, tempoh kehamilan perlu dijarakkan beberapa tahun, demi mengelakkankomplikasi sewaktu mengandung dan/atau kelahiran, serta dikhuatiri mengakibatkan si anak kurang normal, atau kurang sihat.
Di antara dalil diperbolehkan FP untuk jenis kedua ini adalah hadis sahih riwayat Bukhari Muslim yang memperbolehkan 'azl, iaitu menumpahkan sperma di luar vagina, dengan maksud di antaranya, agar si isteri tidak hamil, baik demi alasan kesihatan si isteri atau lainnya. Hall ini berlaku di kalangan sahabat, dan Rasulullah saw tidak melarangnya. Ini beerrti, bahwa FP dibenarkan. Di antara dalil yang ada adalah hadis yang bermaksud:
“Jabir berkata: “Kami biasa melakukan ‘azl pada masa Rasulullah saw, lalu disampaikan hal itu kepada Rasulullah saw, dan beliau tidak melarang kami” (HR. Muslim).
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin bab Adab Nikah mengatakan, bahwa para ulama dalam masalah boleh atau tidaknya ‘azl ini terbagi kepada beberapa pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa ‘azl dengan cara apa saja diperbolehkan. Pendapat kedua, ‘azl dengan cara dan maksud seperti apapun diharamkan. Pendapat ketiga,‘azl diperbolehkan, apabila ada keizinan dari isteri, apabila tidak mendapat keizinan, maka ‘azl tidak diperbolehkan.
Imam al-Ghazali kemudian menutup perbedaan di atas dengan mengatakan: “Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab kami (madzhab Syafi’i), ‘azl mubah (dibolehkan)”.
Jumhur ulama mengambil pendapat bahwa, ‘azl diperbolehkan sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih riwayat Bukhari Muslim di atas, dengan keizinan dari isteri.
Menurut sebagian besar ulama, FP dengan maksud untuk mengatur keturunan (tanzhim an-nasl), dan bukan kerana tidak mahu melahirkan selamanya (man’un nasl), diperbolehkan, sebagaimana proses ‘azl yang dilakukan para sahabat di atas.
Tidak pula dilarang menikahi wanita yang tidak subur, tetapi sangat dianjurkan dan alangkah lebih baiknya apabila menikahi wanita-wanita subur yang dapat melahirkan dan menghasilkan keturunan. Dari hadis-hadis di atas juga, jelas di antara tujuan utama adanya pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan.
Dalam al-Qur’an, Allah juga mengecam mereka yang tidak mau memperoleh keturunan dengan alasan semata-mata kerana takut miskin atau tidak mampu. Ini bertentangan dengan janji Allah bahwa, Allah yang akan memberikan rezki kepada anak-anak tersebut.
Allah berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” (Surah Al-Isra: 31).
Dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa semua makhluk di bumi ini, Allah yang memberikan rezkinya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Surah Hud: 6).
Dari keterangan-keterangan di atas, jumhur ulama berpendapat bahwa seseorang yang tidak mau mempunyai anak semata-mata takut miskin, takut tidak dapat memberikan makan, tidak dibenarkan. Jika demikian, seseorang itu tidak meyakini kekuasaan Allah.
Dari sini, kita dapat mengkategorikan pengamalan merancang kelahiran/ merancang keluarga/ family planning (FP) ini kepada dua bahagian besar. Pertama, seandainya melakukan FP dengan alasan takut tidak dapat memberikan makan, takut miskin dan sebagainya, maka ia tidak dibenarkan, kerana ini memesong keyakinan seorang muslim kepada Allah, bahwa Allah yang akan memberikan dan menentukan rezkinya.
Selain itu, sebagian besar ulama juga melarang seseorang melakukan FP dengan cara memasang alat yang mengakibatkan si isteri tidak dapat hamil selamanya (bukan sementara waktu), tanpa ada alasan syar’i yang dibenarkan, bukan kerana alasan kesihatan si isteri atau lainnya. Untuk jenis ini, FP adalah dilarang kerana tidak sesuai dengan matlamat utama pernikahan dalam Islam, iaitu meramaikan keturunan..
Kedua, FP untuk sementara sahaja, demi kebaikan si anak atau kesihatan si ibu. Misalnya, menurut doktor, berdasarkan kesihatan si ibu, tempoh kehamilan perlu dijarakkan beberapa tahun, demi mengelakkankomplikasi sewaktu mengandung dan/atau kelahiran, serta dikhuatiri mengakibatkan si anak kurang normal, atau kurang sihat.
Di antara dalil diperbolehkan FP untuk jenis kedua ini adalah hadis sahih riwayat Bukhari Muslim yang memperbolehkan 'azl, iaitu menumpahkan sperma di luar vagina, dengan maksud di antaranya, agar si isteri tidak hamil, baik demi alasan kesihatan si isteri atau lainnya. Hall ini berlaku di kalangan sahabat, dan Rasulullah saw tidak melarangnya. Ini beerrti, bahwa FP dibenarkan. Di antara dalil yang ada adalah hadis yang bermaksud:
“Jabir berkata: “Kami biasa melakukan ‘azl pada masa Rasulullah saw, lalu disampaikan hal itu kepada Rasulullah saw, dan beliau tidak melarang kami” (HR. Muslim).
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin bab Adab Nikah mengatakan, bahwa para ulama dalam masalah boleh atau tidaknya ‘azl ini terbagi kepada beberapa pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa ‘azl dengan cara apa saja diperbolehkan. Pendapat kedua, ‘azl dengan cara dan maksud seperti apapun diharamkan. Pendapat ketiga,‘azl diperbolehkan, apabila ada keizinan dari isteri, apabila tidak mendapat keizinan, maka ‘azl tidak diperbolehkan.
Imam al-Ghazali kemudian menutup perbedaan di atas dengan mengatakan: “Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab kami (madzhab Syafi’i), ‘azl mubah (dibolehkan)”.
Jumhur ulama mengambil pendapat bahwa, ‘azl diperbolehkan sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih riwayat Bukhari Muslim di atas, dengan keizinan dari isteri.
Menurut sebagian besar ulama, FP dengan maksud untuk mengatur keturunan (tanzhim an-nasl), dan bukan kerana tidak mahu melahirkan selamanya (man’un nasl), diperbolehkan, sebagaimana proses ‘azl yang dilakukan para sahabat di atas.
Apakah FP tidak bererti membunuh anak sebagaimana diharamkan dalam ayat 31 surat al-Isra? Jawapannya tidak, JIKA FP yang dibuat sebelum sperma membentuk janin, iaitu sebelum terjadi proses kehamilan. Oleh itu tidak dikategorikan sebagai membunuh anak sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. Namun jika kehamilan itu dihentikan dengan pengguguran setelah janin terbentuk, maka hukumnya HARAM. Wallaahu a’lam bissawab.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Komen Tentang Blog Ini:
YA ALLAH...
JADIKANLAH IBU BAPAKU, SUAMIKU, ANAK-ANAKKU DAN AKU, SEBAGAI HAMBA2MU YANG SOLEH...
BERKATILAH HIDUP KAMI DENGAN RAHMATMU...
IZINKAN KAMI MENGHUNI SYURGAMU...
LINDUNGI KAMI DARI API NERAKAMU...
Kasihanilah KAMI dan SAUDARA2 ISLAM KAMI...
Ampuni dosa2 kami...Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Pengampun...
I Love Cheesecake.......!!!
.........and I love indian foods!!!
Sabda Rasulullah s.a.w;
"Seorang wanita yang mentaati suaminya serta menjaga solat dan puasanya, maka tertutuplah pintu-pintu neraka baginya dan masuklah ia ke mana-mana syurga yang disukainya..."
Dan... Syurga itu di bawah tapak kaki ibu...
Anok Tupai I & II ~Halim Yazid, Layaaannn..........
Jom kita Tai chi...
Warm up lah dulu... Yeaah...Gerak kiri/kanan cam nak bersilat...
Pusing bahu n Lenggang kiri/kanan...
Bongkok n Pusing kepala..!
Lor... Ko amik gambo ker..?
Adehh... Sakit pinggang la plak..!
Hahaha.... Pasal tak leh stop ni...?
*The tale 0f you and I*
you gave walking sticks to others
yet you yourself were limping
you offered a lending hand
but it was you who needed help
you wore shields and armours
but it wasnt the outside that needed protection
you claimed others as foes and threats
yet you stabbed your very own heart
you blamed the time for being envious
was it not you who made the clock?
you walked the road with glitters and jewels
but back in home you slept on dirt
you conquered the lands and the oceans and skies
yet you moaned and screamed in dreams
you were the king of glorious men
but you were held captive of unseen strings
you claimed yourself a proud free man
yet you were chained to your old ventriloquist>
"By the power of Truth...."
March 17, 2010 at 4:36 PM
entri yang jelas tentang FP
bagus.
March 17, 2010 at 9:05 PM
TQ, mdah2n kita smakin jelas dgn hukum2Nya.
Post a Comment